Kamis, 07 November 2013
Ruang para Pencari-Mu: BERHALA DALAM AL-QUR'²N (Telaah dengan Pendekatan ...
Ruang para Pencari-Mu: BERHALA DALAM AL-QUR'²N (Telaah dengan Pendekatan ...: Beberapa Pengertian. Berhala adalah setiap benda yang disembah dan dipuja oleh manusia dalam bentuk patung batu, kayu atau benda-benda la...
Alim_online: Tafsir Al Kasysyaf Karya Al Zamakhsyari: Telaah Me...
Alim_online: Tafsir Al Kasysyaf Karya Al Zamakhsyari: Telaah Me...: PENDAHULUAN Al-Qur’an, seperti yang dinyatakan dalam banyak ayat, merupakan kitab suci dan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhamma...
rindusurga: telaah tafsir Nawawi al Bantani
rindusurga: telaah tafsir Nawawi al Bantani: I. Pendahuluan Sebagai kitab suci dan pedoman hidup bagi umat manusia, Al Qur'an mempunyai peran penting dalam k...
Jumat, 01 November 2013
Konsultan Perpustakaan dan Informasi: Kolaborasi Pustakawan dengan Guru dalam Membuat Me...
Konsultan Perpustakaan dan Informasi: Kolaborasi Pustakawan dengan Guru dalam Membuat Me...: Saya menyintai dunia pendidikan. Oleh karena itu, segala informasi yang berkaitan dengan pendidikan selalu ingin saya ikuti. Memburu ber...
Konsultan Perpustakaan dan Informasi: Mengintip Desain Perpustakaan Baghdad
Konsultan Perpustakaan dan Informasi: Mengintip Desain Perpustakaan Baghdad: Ini adalah desain Perpustakaan Baghdad. Perpustakaan ini dibangun oleh AMBS Architects. Walaupun perpustakaan ini belum jadi. Tapi, melihat...
Kamis, 31 Oktober 2013
salingbelajar: Prof. Dr H. Ahmad Zahro, MA : HUKUM PIL ANTIHAI...
salingbelajar: Prof. Dr H. Ahmad Zahro, MA : HUKUM PIL ANTIHAI...: ''D i bulan Ramadhan, seluruh umat islam mengharapakan mampu melakukan dan sekaligus menyelesaikan ibadah puasa dengan tuntas selama...
Senin, 28 Oktober 2013
Kamis, 03 Oktober 2013
My Blog Dalyana: 2. MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI (BERMAIN PERAN)
My Blog Dalyana: 2. MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI (BERMAIN PERAN): A. Pendahuluan Sebagaimana pada tulisan sebelumnya, yakni tentang "MODEL - MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF", untuk menjawab per...
model pembelajaran group investigation: model pembelajaran kratif
model pembelajaran group investigation: model pembelajaran kratif: PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION OLEH S ...
Rabu, 02 Oktober 2013
dakwah islam: memakai Jilbab Dalam Pandangan Islam Dan Hukum Isl...
dakwah islam: memakai Jilbab Dalam Pandangan Islam Dan Hukum Isl...: Pengertian jilbab secara singkat dalam Islam ada yang mengatakan bahwa jilbab itu adalah pakaian yang dikenakan wanita da...
Senin, 30 September 2013
smart_ebook: Kepribadian Introvert
smart_ebook: Kepribadian Introvert: Kepribadian Introvert merupakan kepribadian manusia yang tertutup, sehingga mereka cenderung memilih untuk sendirian atau bertemu dengan...
Minggu, 29 September 2013
PENDIDIKAN: Cara cepat mengajukan judul skripsi
PENDIDIKAN: Cara cepat mengajukan judul skripsi: pengajuan Judul skripsi merupakan aktivitas paling awal dalam penyusunan skripsi. tetapi walaupun demikian anda tetap dituntut untuk memil...
PENDIDIKAN: Cara membuat judul skripsi termudah
PENDIDIKAN: Cara membuat judul skripsi termudah: membuat atau menentukan judul skripsi ternyata bukan perkara yang mudah. hal ini dikarenakan judul skripsi akan menentukan keseluruhan isi...
Kamis, 26 September 2013
Rabu, 25 September 2013
Culture Of Islam: Bagaimana sih Menutup Aurat Menurut Syari’at Islam...
Culture Of Islam: Bagaimana sih Menutup Aurat Menurut Syari’at Islam...: 8 cara menutup aurat yang syar’i 1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. 2. Tidak Tabarruj. Yaitu berhias ...
Bunda me: Hijab menurut Syari'at Islam
Bunda me: Hijab menurut Syari'at Islam: Saat ini jilbab adalah salah satu pelengkap yang lagi trendi dikalangan wanita, apalagi dengan bermunculan model-model jilbab terbaru yang...
Baderut Tamam: PAKAIAN DAN KRITERIA-KRITERIA YANG DIBENARKAN DAL...
Baderut Tamam: PAKAIAN DAN KRITERIA-KRITERIA YANG DIBENARKAN DAL...: Oleh : Baderut Tamam Sebagaimana yang terjadi pada dewasa ini, berbagai macam kemaksiatan telah nampak dimana-mana dan semakin t...
Selasa, 24 September 2013
RUANG SKRIPSI: SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
RUANG SKRIPSI: SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (KODE PEND-AIS-0001) : SKRIPSI ANALISIS KONSEP KECERDASAN PERSPEKTIF HOWARD GARDNER...
Sabtu, 18 Mei 2013
AL QUR'AN: Sejarah Perkembangan Ilmu Naghom Al-Qur’an ( Se...
AL QUR'AN: Sejarah Perkembangan Ilmu Naghom Al-Qur’an ( Se...: Sejarah Perkembangan Ilmu Naghom Al-Qur’an ( Seni Baca Al-Qur’an ) Mei 2, 2009 Menurut Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisanul ‘Arab j...
Minggu, 05 Mei 2013
Makalah Sosiologi Pendidikan Islam
Pendidikan dan Gender
2.1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dimengerti secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang
dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan , pengajaran, dan latihan untuk
membantu peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya
pribadi yang dewasa – susila. Kata pendidkan sendiri mengandung
sekurang-kurangnya empat pengertian, yaitu bentuk kegiatan, proses, buah atau
produk yang dihasilkan proses tersebut, serta sebagai ilmu.
Pendidikan
adalah produk atau konstruksi sosial, dan celakanya ada jenis kelamin dalam
masyarakat yakni laki-laki dan perempuan yang salah satunya tidak selalu
diuntungkan akibat dari konstruksi tersebut. Kesenjangan pada sektor pendidikan
telah menjadi faktor utama yang paling berpengaruh terhadap bias gender secara
menyeluruh. Hampir pada semua sektor, seperti lapangan pekerjaan, jabatan,
peran di masyarakat, sampai pada masalah menyuarakan pendapat, antara laki-laki
dan perempuan yang menjadi faktor penyebab terjadinya bias gender adalah karena
latar belakang pendidikan yang belum setara.
2.2.
Pengertian Gender
Kata gender berasal dari bahasa Inggris berarti
“jenis kelamin”. Dalam Webster’s New World Dictionary, gender
diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi nilai dan tingkah laku
Di dalam Women’s Studies Encyclopedia
dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat
pembedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan
karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam
masyarakat.
Banyak
laki-laki mengatakan, sungguh tidak mudah menjadi laki-laki karena masyarakat
memiliki ekspektasi yang berlebihan terhadapnya. Mereka haruslah sosok kuat,
tidak cengeng, dan perkasa.
Ketika seorang anak laki-laki diejek, dipukul, dan dilecehkan oleh kawannya yang lebih besar, ia biasanya tidak ingin menunjukkan bahwa ia sebenarnya sedih dan malu. Sebaliknya, ia ingin tampak percaya diri, gagah, dan tidak memperlihatkan kekhawatiran dan ketidakberdayaannya.
Ini menjadi beban yang sangat berat bagi anak laki-laki yang senantiasa bersembunyi di balik topeng maskulinitasnya. Kenyataannya juga menunjukkan, menjadi perempuan pun tidaklah mudah. Stereotip perempuan yang pasif, emosional, dan tidak mandiri telah menjadi citra baku yang sulit diubah. Karenanya, jika seorang perempuan mengekspresikan keinginan atau kebutuhannya maka ia akan dianggap egois, tidak rasional dan agresif. Hal ini menjadi beban tersendiri pula bagi perempuan.
Keadaan di atas menunjukkan adanya ketimpangan atau bias gender yang sesungguhnya merugikan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Membicarakan gender tidak berarti membicarakan hal yang menyangkut perempuan saja.
Ketika seorang anak laki-laki diejek, dipukul, dan dilecehkan oleh kawannya yang lebih besar, ia biasanya tidak ingin menunjukkan bahwa ia sebenarnya sedih dan malu. Sebaliknya, ia ingin tampak percaya diri, gagah, dan tidak memperlihatkan kekhawatiran dan ketidakberdayaannya.
Ini menjadi beban yang sangat berat bagi anak laki-laki yang senantiasa bersembunyi di balik topeng maskulinitasnya. Kenyataannya juga menunjukkan, menjadi perempuan pun tidaklah mudah. Stereotip perempuan yang pasif, emosional, dan tidak mandiri telah menjadi citra baku yang sulit diubah. Karenanya, jika seorang perempuan mengekspresikan keinginan atau kebutuhannya maka ia akan dianggap egois, tidak rasional dan agresif. Hal ini menjadi beban tersendiri pula bagi perempuan.
Keadaan di atas menunjukkan adanya ketimpangan atau bias gender yang sesungguhnya merugikan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Membicarakan gender tidak berarti membicarakan hal yang menyangkut perempuan saja.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa gender merupakan pembagian sifat, peran, kedudukan, dan tugas
laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi social budaya masyarakat
berdasarkan norma, adat kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat. Gender bukan
kodrat atau takdir Tuhan, tetapi gender berkaitan dengan keyakinan bagaimana
seharusnya laki-laki dan bagaimana seharusnya perempuan berperan dan bertindak
sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya ditempat
mereka berada.
2.3.
Kesetaraan Gender dalam pendidikan
Isu
kesetaraan gender sejalan dengan perkembangan jaman yang didukung oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong perkembangan ekonomi
dan globalisasi informasi, yang memungkinkan kaum perempuan bekerja dan
berperan sama dengan kaum lelaki. Hal yang sangat penting adalah bahwa
kesetaraan gender itu harus didukung dengan perlindungan hukum dan berbekal
pendidikan yang memadai, karena perjuangan kesetaraan gender yang hakiki adalah
perjuangan kesetaraan gender dalam dunia pendidikan dan perlindungan hukum.
Bias
gender tampak sekali dalam realita kehidupan dan ini tidak hanya berdampak
negatif bagi siswa atau anak perempuan tetapi juga bagi anak laki-laki. Anak perempuan
diarahkan untuk selalu tampil cantik, lembut, dan melayani. Sementara laki-laki
diarahkan untuk tampil gagah, kuat, dan berani. Ini akan sangat berpengaruh
pada peran sosial mereka di masa datang.
Singkatnya, ada aturan-aturan tertentu yang dituntut oleh masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki. Jika perempuan tidak dapat memenuhinya ia akan disebut tidak tahu adat dan kasar. Demikian pula jika laki-laki tidak dapat memenuhinya ia akan disebut banci, penakut atau bukan lelaki sejati.
Padahal menurut William Pollacek dalam Real Boys menunjukkan penemuannya, sebenarnya, bayi laki-laki secara emosional lebih ekspresif dibandingkan bayi perempuan. Namun ketika sampai pada usia sekolah dasar, ekspresi emosionalnya hilang. Laki-laki pada usia lima atau enam tahun belajar mengontrol perasaan-perasaannya dan mulai malu mengungkapkannya .
Singkatnya, ada aturan-aturan tertentu yang dituntut oleh masyarakat terhadap perempuan dan laki-laki. Jika perempuan tidak dapat memenuhinya ia akan disebut tidak tahu adat dan kasar. Demikian pula jika laki-laki tidak dapat memenuhinya ia akan disebut banci, penakut atau bukan lelaki sejati.
Padahal menurut William Pollacek dalam Real Boys menunjukkan penemuannya, sebenarnya, bayi laki-laki secara emosional lebih ekspresif dibandingkan bayi perempuan. Namun ketika sampai pada usia sekolah dasar, ekspresi emosionalnya hilang. Laki-laki pada usia lima atau enam tahun belajar mengontrol perasaan-perasaannya dan mulai malu mengungkapkannya .
Dengan
adanya pelabelan-pelabelan seperti di atas, perempuan dianggap mempunyai
tingkat kemampuan untuk meraih pendidikan lebih rendah dibandingkan dengan
laki-laki yang menyebabkan perempuan belum bisa berperan lebih besar. Untuk
itu, perlu dibuka seluas-seluasnya akses pendidikan dengan memajukan
program-progrm sosialisasi kesetaraan gender agar bias gender tidak terus
berlangsung.
Sehingga
kejadian-kejadian buruk seringkali menimpa kaum perempuan dikarenakan kurangnya
pengetahuan atau pendidikan. Sehingga muncul teori-teori feminisme dalam wacana
pendidikan yang juga dapat diperhitungkan sebagai bagian yang memperjuangkan
kesetaraan gender dalam dunia pendidikan, ada empat teori besar feminisme yang
secara singkat perlu dikemukakan di sini yang dikaitkan dengan masalah
pendidikan, antara lain :
- Teori Feminisme Liberal.
Teori ini memfokuskan diri pada pertanyaan-pertanyaan mengapa anak perempuan banyak mengalami kegagalan meraih pendidikan tinggi. Feminisme liberal lebih berfokus pada persoalan akses ke pendidikan, peningkatan partisipasi sekolah pada anak perempuan, menyediakan program-program pelayanan bagi anak perempuan dari keluarga yang kurang beruntung dan melakukan penuntutan kesetaraan pendidikan yang sifatnya tidak radikal atau tidak mengancam
2. Teori
Feminisme Radikal
Teori radikal mencari persoalan sampai keakar-akarnya bertolak belakang persepsi mereka dengan kaum feminis liberal. Kaum feminis radikal melihat penyebab utama adanya ketidakadilan bagi perempuan di dalam dunia pendidikan adalah karena sistem patriarkhal yang berlaku di masyarakat setempat. Selain itu, juga melihat hubungan-hubunga kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, karena nya ini yang kemudian menentukan keterbelakangan perempuan perempuan di berbagai bidang.
Teori radikal mencari persoalan sampai keakar-akarnya bertolak belakang persepsi mereka dengan kaum feminis liberal. Kaum feminis radikal melihat penyebab utama adanya ketidakadilan bagi perempuan di dalam dunia pendidikan adalah karena sistem patriarkhal yang berlaku di masyarakat setempat. Selain itu, juga melihat hubungan-hubunga kekuasaan antara laki-laki dan perempuan, karena nya ini yang kemudian menentukan keterbelakangan perempuan perempuan di berbagai bidang.
- Teori Feminisme Marxis
dan Sosialis
Bagi teori ini, ketidaksetaraan dalam pendidikan terjadi karena institusi-institusi pendidikan justru menciptakan kelas-kelas ekonomi. Pendidikan telah dijadikan bisnis yang lebih melayani kelas ekonomi atas. Pendidikan telah kehilangan makna bukan untuk mencerdaskan bangsa melainkan untuk menguntungkan pendapatan pribadi. Hubungan kekuasaan antara ekonomi kuat dan ekonomi lemah terlihat gamblang sehingga kelompok miskin tereksploitasi dan berada dalam kebodohan terus menerus. Bahasa-bahasa yang sering digunakan dalam teori ini adalah yang berkaitan dengan kelas, produksi, kemiskinan dan seterusnya. - Teori
Poststrukturalis dan Postmodernisme
Teori ini mengkritik definisi pendidikan yang lebih berpusat pada laki-laki (male-centered) tidak dipertanyakan lagi atau sudah dianggap wajar dan semestinya. Teori ini juga membongkar semua anggapan-anggapan yang diterima begitu saja. Konsentrasi yang dilakukan teori ini adalah melihat semua diskursus-diskursus yang ada (teks-teks) yang ada dalam dunia pendidikan yang melakukan operasi bawah sadar sehingga terjadi penaturalan bahasa-bahasa yang bias gender. Oleh sebab itu, teori ini bukan saja mengajak mereka yang berkepentingan dengan pendidikan untuk merubah kurikulum tetapi melihat bagaimana kurikulum bias gender terbentuk dan beroperasi secara luas.
Perjuangan untuk menyuarakan kesetraan gender itu tidak akan betul-betul bisa terwujud apabila kesetaraan gender dalam pendidikan belum bisa direalisasikan. Artinya perjuangan kesetaraan gender harus dimulai dengan kesetaraan antara kaum perempuan dan kaum lelaki, dalam pendidikan sehingga mempunyai peluang yang sama untuk mengakses lapangan pekerjaan dan berperan dalam berbagai kehidupan.
Isu kesetaraan gender memang
telah didengung-dengungkan oleh berbagai pihak, bahkan kebanyakan mahasiswa
sangat getol untuk menyuarakan isu tersebut, akan tetapi jika isu tersebut
hanya digembar-gemborkan kesana-kemari tanpa adanya keseriusan dari pihak
terkait, hal ini hanya akan menjadi percuma dan sia-sia belaka. Untuk
meminimalisir atau bahkan menghilangkan bias gender agar tecapai kesetaraan dan
keadilan gender perlu sebuah upaya serius dari berbagai pihak. Yang pertama
dari keluarga dan yang kedua dari pihak sekolah.dan Perlu strategi lagi, selain
dari dua upaya diatas guna mempercepat perwujudan kesetaraan dan keadilan
gender tersebut, yang dikenal sebagai istilah Gender Mainstreaming .
“Gender
mainstreaming is a strategy for integrating gender concern is the analysis
formulation and monitoring policies, programs and projects”Gender
Mainstreaming adalah suatu strategi kesetaraan dan keadilan gender dengan
memperbaiki kondisi dan posisi perempuan agar bisa setara dengan laki-laki dalam
kehidupan bermasyarakat dan pembangunan. (Konferensi Wanita Sedunia Beijing,
1995)
Istilah Gender Mainstreaming di Indonesia kemudian disepakati oleh berbagai pihak dalam pertemuan-pertemuan yang dikoordinasikan oleh Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan menjadi “Pengarusutamaan Gender (PUG)” yang berarti akak selalu memasukkan atau memikirkan isu gender sebagai salah satu inti kegiatan utama dan bukan menomor-duakan, dilakukan sambil lalu, dipinggirkan, dianak tirikan atau diabaikan.
Istilah Gender Mainstreaming di Indonesia kemudian disepakati oleh berbagai pihak dalam pertemuan-pertemuan yang dikoordinasikan oleh Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan menjadi “Pengarusutamaan Gender (PUG)” yang berarti akak selalu memasukkan atau memikirkan isu gender sebagai salah satu inti kegiatan utama dan bukan menomor-duakan, dilakukan sambil lalu, dipinggirkan, dianak tirikan atau diabaikan.
Pada hakekatnya pengarusutamaan gender adalah
suatu strategi yang dilakukan untuk menciptakan kondisi kesetaraan dan keadilan
gender (KKG) yaitu upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas
kesepakatan yang sama, pengakuan yang sama, dan penghargaan yang sama oleh
masyarakat, seperti yang tertuang dalam Intruksi-Intruksi Presiden Nomor : 9
tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan Nasional.
Dengan
PUG ini, pemerintah diharapkan dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam
membuat kebijakan-kebijakan public yang adil dan responsive terhadap isu
gender. Kebijakan dan pelayanan public yang dilakukan melalui upaya promosi
yang gencar dan tepat sasaran ( pemerintah, organisasi-organisasi, unit paling
kecil yakni keluarga, dll) agar dapat mengarah kepada pencapaian kesetaraan dan
keadilan gender, serta program dan perundang-undangan yang adil dan responsive
gender.
Ada beberapa batasan dalam pengarusutamaan gender, antara lain :
Ada beberapa batasan dalam pengarusutamaan gender, antara lain :
- Memasukkan permasalahan gender dalam program dan agenda pembangunan
- Strategi dan proses untuk mengintegrasikan masukan yang responsive gender dalam kebijakan, petunjuk-petunjuk program / proyek, kegiatan serta pelayanan di tiap-tiap tingkatan
- Satu usaha untuk memasukkan kerangka gender ke dalam rencana kegiatan dan pelaksanaan program sektoral
- Pengakuan adanya suatu upaya arusutama gender di mana gagasan, keputusan dan penyebaran sumber dilakukan untuk pencapaian tujuan pembangunan
Bukan hanya memadukan isu gender ke dalam arus utama, tetapi
mengubah arus utama agar lebih tanggap dan kondusif terhadap tujuan dan
kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan.
2.4 Pandangan Islam Terhadap Kesetaraan Gender
dalam Pendidikan
Islam
sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, tidak ada pembedaan
antara laki-laki dan perempuan. Yang membedakan adalah ketakwaannya dihadapan
Allah SWT. Islam juga mewajibkan untuk menuntut ilmu pengetahuan, sebagaimana
hadist nabi yang artinya;
“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim dan
(muslimah)”. Hal ini terbukti bahwa islam tidak membedakan dalam hal memperoleh
ilmu pengetahuan, yaitu ketika zaman Rasulullah banyak wanita yang menonjol
pengetahuannya yang menjadi rujukan sekian banyak tokoh yaitu Aisyah istri Nabi
saw.
Namun, memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada perbedaan kodrat antara laki-laki dan perempuan, yaitu :
Namun, memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada perbedaan kodrat antara laki-laki dan perempuan, yaitu :
- Perbedaan jasmaniah (biologis)
- Perbedaan kejiwaan (psikologis)
- Perbedaan menjalankan agama
Hingga akhir periode ini, antara kaum perempuan denga laki-laki
keduannya berperan sebagai subjek pendidikan. Masing-masing sebagai pendidik
dan peserta didik, kesempatan belajar yang sama karena tanggungjawab yang sama.
Hal tersebut terjadi karena Nabi tidak memecah-mecah persoalan ke-ummatan
kepada perkara keagamaan dan keduniaan, perkara sosial dan individual, perkara
perempuan dan kelelakian. Pembedaan tentu ada tetapi dalam batas-batas
kewajaran tanpa menghilangkan aspek kebebasan asasi yang padanya melekat
tanggungkjawab asasi individu maupun sosial. Kedua jenis kelamin muslim ini
memiliki kesempatan yang sama termasuk dalam dalam hal seluruh otoritas
keagamaan kecuali dalam peran kenabian dan kekhalifahan itu saja
Sumber :
ü
Darmaningtias,
1999.PENDIDIKAN PADA DAN SETELAH KRISIS.Yogyakarta:pustaka belajar offset
ü
http://www.haifa.co.cc/2010/09/gender-dan-pendidikan-islam-perempuan-islam-sejarah-sosial-pendidikan
Soekanto, Soerjono.1991.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:PT.Grafindo
Persada
Rabu, 03 April 2013
POKOK-POKOK AJARAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Aqidah adalah kepercayaan yang sesuai
dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan dalil Aqidah meliputi rukun iman
yang enam, yaitu iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhir dan qodho dan qodar.
Syari’at adalah suatu jalan hidup
yang ditetapkan oleh Allah sebagai patokan hidup setiap muslim. Syariat
meliputi ibadah dan mu’amalah.
1.2
Rumusan
Masalah
- Bagaimanakah aqidah itu ?
- Apakah syari’ah itu ? apa saja syari’ah itu di dalam Islam ?
1.3
Tujuan
- Menjelaskan aqidah di dalam agama Islam sebagai pokok-pokok ajaran Islam.
- Memahami syari’at di dalam agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aqidah
Aqidah secara etiologi adalah ikatan
sangkutan. Secara teknis artinya kepercayaan, keyakinan, iman. Aqidah adalah
bagian asas atau dasar. Jadi, secara bahasa Aqidah adalah sesuatu yang telah
dipercayai / diyakini benar.
Adapun secara terminology menurut
Ulama Islam, aqidah ialah kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat
dikuatkan dengan dalil.
Aqidah membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan Allah dan sifat-sifat-Nya, yang berkaitan dengan rasul-rasul-Nya,
dan juga yang berkaitan dengan malaikat, kitab-kitab, hari akhir, dan takdir
(qodho dan qodar). Hal tersebut terdapat dalam firman Allah Surat Al-Baqarah :
285
Artinya : “Rasul
telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadanya oleh Tuhan-Nya dan
juga orang-orang yang beriman. Semua mereka telah beriman kepada Allah,
malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. Kami tidak membedakan salah seorang dari
rasul-rasul itu dari lainnya.” (QS. Al-Baqarah : 285)
Dan juga firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 4
Artinya : “Dan
orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa
yang diturunkan sebelummu, dan mereka yakin akan adanya hari akhirat.” (QS.
Al-Baqarah : 4)
Dan juga firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 49
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan
segala sesuatu dengan kadar (ketentuan).” (QS. Al-Qomar : 49)
Berdasarkan nas-nas yang tersebut
diatas dapatlah disimpulkan bahwa rukun iman itu ada 6, yaitu : iman kepada
Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada rasul-rasul,
iman kepada hari akhirat, dan iman kepada qadha dan qadar.
- Iman Kepada Allah
Bahwa beriman kepada Allah adalah
dasar iman. Dari ajaran asas ini timbullah bagian-bagian atau rukun-rukun iman
yang lain. Bahwa beriman kepada wujud Allah beriman kepada yang gaib dan
beriman kepada yang goib memerlukan dalil-dalil yang rasional untuk membuktikan
kebenaran keimanan itu.
Dalil-dalil rasional dalam berbagai
bentuknya mengenai wujud Allah telah pernah dibuat orang, terutama para
filosofis, dan ini merupakan warisan yang sangat berharga bagi umat beragama.
Semua dalil itu menunjukkan kesepakatan mereka
bahwa Allah itu ada dan Dia adalah Pencipta dan Pengendali alam semesta.
Iman itu pada hakekatnya merupakan
karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki seperti halnya
rezeki yang hanya diberikan kepada yang dikehendaki-Nya. Adapun orang-orang
yang tidak memperoleh karunia dan hidayah iman itu dan karenanya tidak mengakui
wujud Allah sebagai Pencipta alam semesta, maka orang tersebut dipandang
sebagai orang kafir. Orang-orang yang seperti ini disebut dalam Al-Qur’an surat
al-An’am : 111 dan al-A’raf : 178-179.
Artinya : “Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat
kepada mereka dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami
kumpulkan (pula) segala sesuatu kehadapan mereka niscaya mereka tidak juga
beriman, kecuali Allah menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
(QS. al-An’am : 111)
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
isis neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami, dan mereka mempunyai mata, tetapi
tidak dipergunakannya untuk melihat dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak
dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang, bahkan mereka
lebih sesat lagi.” (QS. Al-A’raf : 49)
Al-Qur’an membawa berbagai dalil dan
bukti yang pasti dan meyakinkan dalam ayat-ayatnya dan mengajak manusia
mempergunakan nalarnya, sehingga dengan itu mereka mengakui adanya Allah dan
tidak akan menyembah akan selain-Nya.
- Iman Kepada Malaikat
Rukun iman yang kedua adalah beriman
kepada Malaikat. Kata malaikat adalah kata jama’ dari kata malak yang berasal
dari kata alukah (اَلُوْكَةْ) yang berarti
risalah.
Dalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 75
ayat yang didalamnya disebut kata “malaikat” dalam berbagai munasabah. Ada yang
berkaitan dengan tugasnya, dengan sifat-sifatnya dan hakikatnya. Jumlah malaikat
banyak sekali dan hanya Allah yang maha tahu bilangannya, seperti yang tersebut
dalam Surat Al-Muddatstsir : 31. Allah berfirman :
.
Artinya : “Dan tidak ada yang mengetahui tentara
(malaikat) Tuhanmu melainkan Dia sendiri..” (QS. Al-Muddatstsir : 31)
Sifat-sifat malaikat itu ialah :
1.
Malaikat
diciptakan Allah dari cahaya (nur)
2.
Malaikat
tidak dapat dilihat oleh manusia
3.
Malaikat
dapat membentuk diri dalam wujud manusia
4.
Malaikat
mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan izin Allah
5.
Malaikat
senantiasa bertasbih siang dan malam memuji Allah
6.
Malaikat
tidak mempunyai hawa nafsu
7.
Malaikat
senantiasa tunduk dan patuh sepenuhnya kepada perintah Allah.
Tugas-tugas malaikat itu, antara lain :
1.
Jibril
ditugaskan untuk menyampaikan wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
2.
Mikail
ditugaskan untuk menurunkan hujan dan memberi rizki kepada makhluk.
3.
Israfil
ditugaskan untuk meniup sangkakala pada hari akhir.
4.
Izrail
ditugaskan untuk mengambil ruh manusia.
5.
Delapan
malaikat yang ditugaskan Allah untuk memikul ‘Arasy pada hari akhirat seperti
yang disebut dalam surat al-Haaqqah : 17
Artinya : “Dan
malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan
malaikat memikul ‘Arasy Tuhanmu diatas (kepala) mereka. (QS. Al-Haaqqah : 17)
6.
Ridwan
ditugaskan oleh Allah untuk menjaga surga.
7.
Zabaniyah
yang diberi tugas oleh Allah untuk menjaga neraka yang jumlahnya sembilan belas
malaikat dan diketuai oleh malaikat Malik.
8.
Raqib dan
Atid bertugas mencatat amalan manusia.
9.
Munkar dan
Nakir bertugas menanyakan orang dalam kuburnya tentang Tuhan, agamanya,
nabinya, dan lain-lain.
10.
Para
malaikat bertugas meminta ampun kepada Allah bagi orang-orang yang beriman dan
berdo’a bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
- Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Rukun iman yang ketiga adalah iman
kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya. Sumber
pengetahuan kita dalam masalah ini adalah kitab suci Al-Qur’an. Didalam kitab
suci yang lain yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, kitab Zabur
yang diturunkan kepada Nabi Daud, dan kitab Injil yang diturunkan Allah kepada
nabi Isa as, serta dua shuhuf, yaitu shuhuf Ibarahim dan shuhuf Musa. Dan kitab
suci terakhir yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW, firman Allah dalam
surat Ali ‘Imran : 3
Artinya : “Dan
menurunkan al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.” (QS. Ali ‘Imran : 3)
Al-Qur’an adalah kitab suci yang
terakhir yang diturunkan Allah untuk umat manusia sebagai tuntunan dan hidayah
dalam kehidupannya didunia ini. Hanya dengan beriman dan berpedoman kepada
ajaran Al-Qur’an, manusia akan
senantiasa berada pada jalan yang lurus, jalan yang haq yang menjamin kebahagiaan
hidup didunia dan akhirat. Allah berfirman surat Al-Israa’ : 9
Artinya : “Sesungguhnya
Al-Qur’an ini memberikan petunjuk (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar.” (QS. Ali ‘Israa’ :
9)
- Iman Kepada Nabi dan Rasul
Iman kepada nabi dan rasul merupakan
rukun iman yang ke empat. Didalam buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa antara
Nabi dan Rasul ada perbedaan tugas utama. Para Nabi menerima tuntunan berupa
wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat
manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang
diterimanya kepada umat manusia. Oleh karena itu seorang Rasul adalah Nabi,
tetapi seorang Nabi belum tentu rasul.
Ada pendapat dari hasbi Ash Shiddieqy
yang dikutip (Nasruddin Razak, 1977 : 44 ) jumlah para rasul yang pernah diutus
Tuhan untuk memimpin manusia 313 orang sedang jumlah para Nabi 124.000 orang.
Dalam hubungan dengan “Iman kepada Rasul”
perlu dijelaskan hal-hal berikut ini :
a.
Nubuwwah (نُبُوَّةٌ)
Kata ini berasal dari kata naba’ (نَبَاءٌ) yang
berarti “kabar” atau “berita”. Dalam pengertian syara’, nubuwwah adalah
pemilihan atau penentuan Allah akan seseorang hamba-Nya untuk diturunkan wahyu
kepadanya. Jadi, Nabi adalah seorang pilihan Allah untuk diturunkan wahyu
kepadanya.
b.
Risalah (رِسَالَةُ)
Dari segi lughat, kata ini berarti “memberi arahan
dengan suatu tugas atau perintah”. Dalam pengertian syara’ kata ini berarti
“pemberian tugas atau perintah oleh Allah kepada seorang Nabi untuk menyampaikan
wahyu atau syari’at-Nya kepada manusia.” Jadi, Rasul adalah seorang Nabi yang
ditugaskan Allah untuk menyampaikan wahyu atau firman-Nya kepada umat manusia.
- Iman Kepada Hari Akhirat dan Pertanggung Jawaban Manusia di Akhirat
Rukun iman yang kelima adalah
keyakinan kepada hari akhirat. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian
kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya
dengan orang tidak mempecayai agama Islam.
Menurut Abul A’la Maududi (Altaf
Gauhar, 1983 : 13), manusia tidak dilepaskan begitu saja ke dunia ini sebagai
binatang yang tidak bertanggung jawab. Ia bertanggung jawab atas segala
perbuatannya dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu kepada Allah.
Iman kepada hasri akhirat membuat
manusia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, manusia yang tidak percaya
kepada hari akhirat dan memandang kehidupan didunia ini sebagai satu-satunya
kehidupan. Kedua, manusia yang tidak menyangkal hari akhirat, tetapi bergantung
kepada campur tangan atau bantuan pihak lain untuk mensucikan diri dan menebus
dosa-dosanya. Ketiga, manusia-manusia yang yakin pada hari akhirat sebagaimana
diterangkan dalam ajaran Islam.
- Iman Kepada Qadha dan Qadar
Yang dimaksud dengan qadha dan qadar
ialah kehendak Allah yang azali menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu
(qadha) kemudian Allah menjadikannya dalam wujud nyata yang konkrit sesuai
dengan kehendak yang azali itu (qadar). Sebagian ulama menyatakan bahwa qadar
ialah ketentuan Allah dalam azali dan qadha ialah pelaksanaannya dalam
kenyataan ini.
Firman Allah dalam surat al-Qomar : 49 dan al-Furqan ; 2
Artinya : “Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar.” (QS. Al-Qomar : 49)
Artinya : “Dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukuran (qadar)
dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqon : 2)
2.2 Syariat
Perkataan syari’at (syari’ah) (dalam
bahasa arab) berasal dari kata syari’, secara harfiah berarti jalan yang harus
dilalui oleh setiap muslim.
Syari’at adalah suatu jalan hidup
yang ditetapkan oleh Allah sebagai patokan hidup setiap muslim.
Secara sederhana hukum syari’at
adalah semua ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui
firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Pembagian hukum syari’at Islam
berdasarkan kerangka dasar agama Islam.
a.
Ibadah
(Rukun Islam)
-
Syahadat
-
Sholat
-
Zakat
-
Puasa
-
Haji
b.
Mu’amalah
-
Hukum
-
Pendidikan
-
Politik
-
Ekonomi
|
-
Keluarga
-
Sosial
-
Budaya
-
Filsafat
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
v Aqidah adalah sesuatu yang diyakini (iman)
kebenarannya sesuai dengan dalil / firman Allah SWT.
Aqidah meliputi rukun iman yang enam :
1.
Iman
kepada Allah SWT
2.
Iman
kepada kitab-kitab
3.
Iman
kepada rasul-rasul
4.
Iman
kepada hari akhir
5.
Iman
kepada ketentuan dan ketetapan (qadha dan qadar)
v Syari’at adalah suatu jalan yang harus dilalui
oleh setiap muslim berdasarkan apa yang ditetapkan hukum syari’at.
Syari’at dibagi menjadi 2, yaitu :
1.
Ibadah
2.
Mu’amalah
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud. 2002. Pendidikan Agama
Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Daudy, Ahmad. 1997. Kuliah Aqidah Islam. Jakarta
: PT. Bulan Bintang
Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam.
Surabaya : PT. Al-Ikhlas
Langganan:
Postingan (Atom)