BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Aqidah adalah kepercayaan yang sesuai
dengan kenyataan yang dapat dikuatkan dengan dalil Aqidah meliputi rukun iman
yang enam, yaitu iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhir dan qodho dan qodar.
Syari’at adalah suatu jalan hidup
yang ditetapkan oleh Allah sebagai patokan hidup setiap muslim. Syariat
meliputi ibadah dan mu’amalah.
1.2
Rumusan
Masalah
- Bagaimanakah aqidah itu ?
- Apakah syari’ah itu ? apa saja syari’ah itu di dalam Islam ?
1.3
Tujuan
- Menjelaskan aqidah di dalam agama Islam sebagai pokok-pokok ajaran Islam.
- Memahami syari’at di dalam agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aqidah
Aqidah secara etiologi adalah ikatan
sangkutan. Secara teknis artinya kepercayaan, keyakinan, iman. Aqidah adalah
bagian asas atau dasar. Jadi, secara bahasa Aqidah adalah sesuatu yang telah
dipercayai / diyakini benar.
Adapun secara terminology menurut
Ulama Islam, aqidah ialah kepercayaan yang sesuai dengan kenyataan yang dapat
dikuatkan dengan dalil.
Aqidah membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan Allah dan sifat-sifat-Nya, yang berkaitan dengan rasul-rasul-Nya,
dan juga yang berkaitan dengan malaikat, kitab-kitab, hari akhir, dan takdir
(qodho dan qodar). Hal tersebut terdapat dalam firman Allah Surat Al-Baqarah :
285
Artinya : “Rasul
telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadanya oleh Tuhan-Nya dan
juga orang-orang yang beriman. Semua mereka telah beriman kepada Allah,
malaikat, kitab-kitab dan rasul-rasulNya. Kami tidak membedakan salah seorang dari
rasul-rasul itu dari lainnya.” (QS. Al-Baqarah : 285)
Dan juga firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 4
Artinya : “Dan
orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu, dan kepada apa
yang diturunkan sebelummu, dan mereka yakin akan adanya hari akhirat.” (QS.
Al-Baqarah : 4)
Dan juga firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 49
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan
segala sesuatu dengan kadar (ketentuan).” (QS. Al-Qomar : 49)
Berdasarkan nas-nas yang tersebut
diatas dapatlah disimpulkan bahwa rukun iman itu ada 6, yaitu : iman kepada
Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada rasul-rasul,
iman kepada hari akhirat, dan iman kepada qadha dan qadar.
- Iman Kepada Allah
Bahwa beriman kepada Allah adalah
dasar iman. Dari ajaran asas ini timbullah bagian-bagian atau rukun-rukun iman
yang lain. Bahwa beriman kepada wujud Allah beriman kepada yang gaib dan
beriman kepada yang goib memerlukan dalil-dalil yang rasional untuk membuktikan
kebenaran keimanan itu.
Dalil-dalil rasional dalam berbagai
bentuknya mengenai wujud Allah telah pernah dibuat orang, terutama para
filosofis, dan ini merupakan warisan yang sangat berharga bagi umat beragama.
Semua dalil itu menunjukkan kesepakatan mereka
bahwa Allah itu ada dan Dia adalah Pencipta dan Pengendali alam semesta.
Iman itu pada hakekatnya merupakan
karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki seperti halnya
rezeki yang hanya diberikan kepada yang dikehendaki-Nya. Adapun orang-orang
yang tidak memperoleh karunia dan hidayah iman itu dan karenanya tidak mengakui
wujud Allah sebagai Pencipta alam semesta, maka orang tersebut dipandang
sebagai orang kafir. Orang-orang yang seperti ini disebut dalam Al-Qur’an surat
al-An’am : 111 dan al-A’raf : 178-179.
Artinya : “Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat
kepada mereka dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami
kumpulkan (pula) segala sesuatu kehadapan mereka niscaya mereka tidak juga
beriman, kecuali Allah menghendaki. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
(QS. al-An’am : 111)
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
isis neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami, dan mereka mempunyai mata, tetapi
tidak dipergunakannya untuk melihat dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak
dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang, bahkan mereka
lebih sesat lagi.” (QS. Al-A’raf : 49)
Al-Qur’an membawa berbagai dalil dan
bukti yang pasti dan meyakinkan dalam ayat-ayatnya dan mengajak manusia
mempergunakan nalarnya, sehingga dengan itu mereka mengakui adanya Allah dan
tidak akan menyembah akan selain-Nya.
- Iman Kepada Malaikat
Rukun iman yang kedua adalah beriman
kepada Malaikat. Kata malaikat adalah kata jama’ dari kata malak yang berasal
dari kata alukah (اَلُوْكَةْ) yang berarti
risalah.
Dalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 75
ayat yang didalamnya disebut kata “malaikat” dalam berbagai munasabah. Ada yang
berkaitan dengan tugasnya, dengan sifat-sifatnya dan hakikatnya. Jumlah malaikat
banyak sekali dan hanya Allah yang maha tahu bilangannya, seperti yang tersebut
dalam Surat Al-Muddatstsir : 31. Allah berfirman :
.
Artinya : “Dan tidak ada yang mengetahui tentara
(malaikat) Tuhanmu melainkan Dia sendiri..” (QS. Al-Muddatstsir : 31)
Sifat-sifat malaikat itu ialah :
1.
Malaikat
diciptakan Allah dari cahaya (nur)
2.
Malaikat
tidak dapat dilihat oleh manusia
3.
Malaikat
dapat membentuk diri dalam wujud manusia
4.
Malaikat
mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan izin Allah
5.
Malaikat
senantiasa bertasbih siang dan malam memuji Allah
6.
Malaikat
tidak mempunyai hawa nafsu
7.
Malaikat
senantiasa tunduk dan patuh sepenuhnya kepada perintah Allah.
Tugas-tugas malaikat itu, antara lain :
1.
Jibril
ditugaskan untuk menyampaikan wahyu kepada rasul-rasul-Nya.
2.
Mikail
ditugaskan untuk menurunkan hujan dan memberi rizki kepada makhluk.
3.
Israfil
ditugaskan untuk meniup sangkakala pada hari akhir.
4.
Izrail
ditugaskan untuk mengambil ruh manusia.
5.
Delapan
malaikat yang ditugaskan Allah untuk memikul ‘Arasy pada hari akhirat seperti
yang disebut dalam surat al-Haaqqah : 17
Artinya : “Dan
malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan
malaikat memikul ‘Arasy Tuhanmu diatas (kepala) mereka. (QS. Al-Haaqqah : 17)
6.
Ridwan
ditugaskan oleh Allah untuk menjaga surga.
7.
Zabaniyah
yang diberi tugas oleh Allah untuk menjaga neraka yang jumlahnya sembilan belas
malaikat dan diketuai oleh malaikat Malik.
8.
Raqib dan
Atid bertugas mencatat amalan manusia.
9.
Munkar dan
Nakir bertugas menanyakan orang dalam kuburnya tentang Tuhan, agamanya,
nabinya, dan lain-lain.
10.
Para
malaikat bertugas meminta ampun kepada Allah bagi orang-orang yang beriman dan
berdo’a bagi kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
- Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Rukun iman yang ketiga adalah iman
kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada rasul-rasul-Nya. Sumber
pengetahuan kita dalam masalah ini adalah kitab suci Al-Qur’an. Didalam kitab
suci yang lain yaitu kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, kitab Zabur
yang diturunkan kepada Nabi Daud, dan kitab Injil yang diturunkan Allah kepada
nabi Isa as, serta dua shuhuf, yaitu shuhuf Ibarahim dan shuhuf Musa. Dan kitab
suci terakhir yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW, firman Allah dalam
surat Ali ‘Imran : 3
Artinya : “Dan
menurunkan al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya, membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.” (QS. Ali ‘Imran : 3)
Al-Qur’an adalah kitab suci yang
terakhir yang diturunkan Allah untuk umat manusia sebagai tuntunan dan hidayah
dalam kehidupannya didunia ini. Hanya dengan beriman dan berpedoman kepada
ajaran Al-Qur’an, manusia akan
senantiasa berada pada jalan yang lurus, jalan yang haq yang menjamin kebahagiaan
hidup didunia dan akhirat. Allah berfirman surat Al-Israa’ : 9
Artinya : “Sesungguhnya
Al-Qur’an ini memberikan petunjuk (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar.” (QS. Ali ‘Israa’ :
9)
- Iman Kepada Nabi dan Rasul
Iman kepada nabi dan rasul merupakan
rukun iman yang ke empat. Didalam buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa antara
Nabi dan Rasul ada perbedaan tugas utama. Para Nabi menerima tuntunan berupa
wahyu, akan tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat
manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang
diterimanya kepada umat manusia. Oleh karena itu seorang Rasul adalah Nabi,
tetapi seorang Nabi belum tentu rasul.
Ada pendapat dari hasbi Ash Shiddieqy
yang dikutip (Nasruddin Razak, 1977 : 44 ) jumlah para rasul yang pernah diutus
Tuhan untuk memimpin manusia 313 orang sedang jumlah para Nabi 124.000 orang.
Dalam hubungan dengan “Iman kepada Rasul”
perlu dijelaskan hal-hal berikut ini :
a.
Nubuwwah (نُبُوَّةٌ)
Kata ini berasal dari kata naba’ (نَبَاءٌ) yang
berarti “kabar” atau “berita”. Dalam pengertian syara’, nubuwwah adalah
pemilihan atau penentuan Allah akan seseorang hamba-Nya untuk diturunkan wahyu
kepadanya. Jadi, Nabi adalah seorang pilihan Allah untuk diturunkan wahyu
kepadanya.
b.
Risalah (رِسَالَةُ)
Dari segi lughat, kata ini berarti “memberi arahan
dengan suatu tugas atau perintah”. Dalam pengertian syara’ kata ini berarti
“pemberian tugas atau perintah oleh Allah kepada seorang Nabi untuk menyampaikan
wahyu atau syari’at-Nya kepada manusia.” Jadi, Rasul adalah seorang Nabi yang
ditugaskan Allah untuk menyampaikan wahyu atau firman-Nya kepada umat manusia.
- Iman Kepada Hari Akhirat dan Pertanggung Jawaban Manusia di Akhirat
Rukun iman yang kelima adalah
keyakinan kepada hari akhirat. Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian
kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya
dengan orang tidak mempecayai agama Islam.
Menurut Abul A’la Maududi (Altaf
Gauhar, 1983 : 13), manusia tidak dilepaskan begitu saja ke dunia ini sebagai
binatang yang tidak bertanggung jawab. Ia bertanggung jawab atas segala
perbuatannya dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya itu kepada Allah.
Iman kepada hasri akhirat membuat
manusia terbagi ke dalam tiga kategori. Pertama, manusia yang tidak percaya
kepada hari akhirat dan memandang kehidupan didunia ini sebagai satu-satunya
kehidupan. Kedua, manusia yang tidak menyangkal hari akhirat, tetapi bergantung
kepada campur tangan atau bantuan pihak lain untuk mensucikan diri dan menebus
dosa-dosanya. Ketiga, manusia-manusia yang yakin pada hari akhirat sebagaimana
diterangkan dalam ajaran Islam.
- Iman Kepada Qadha dan Qadar
Yang dimaksud dengan qadha dan qadar
ialah kehendak Allah yang azali menciptakan sesuatu dalam bentuk tertentu
(qadha) kemudian Allah menjadikannya dalam wujud nyata yang konkrit sesuai
dengan kehendak yang azali itu (qadar). Sebagian ulama menyatakan bahwa qadar
ialah ketentuan Allah dalam azali dan qadha ialah pelaksanaannya dalam
kenyataan ini.
Firman Allah dalam surat al-Qomar : 49 dan al-Furqan ; 2
Artinya : “Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar.” (QS. Al-Qomar : 49)
Artinya : “Dan
Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukuran (qadar)
dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqon : 2)
2.2 Syariat
Perkataan syari’at (syari’ah) (dalam
bahasa arab) berasal dari kata syari’, secara harfiah berarti jalan yang harus
dilalui oleh setiap muslim.
Syari’at adalah suatu jalan hidup
yang ditetapkan oleh Allah sebagai patokan hidup setiap muslim.
Secara sederhana hukum syari’at
adalah semua ketentuan hukum yang disebut langsung oleh Allah melalui
firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
Pembagian hukum syari’at Islam
berdasarkan kerangka dasar agama Islam.
a.
Ibadah
(Rukun Islam)
-
Syahadat
-
Sholat
-
Zakat
-
Puasa
-
Haji
b.
Mu’amalah
-
Hukum
-
Pendidikan
-
Politik
-
Ekonomi
|
-
Keluarga
-
Sosial
-
Budaya
-
Filsafat
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
v Aqidah adalah sesuatu yang diyakini (iman)
kebenarannya sesuai dengan dalil / firman Allah SWT.
Aqidah meliputi rukun iman yang enam :
1.
Iman
kepada Allah SWT
2.
Iman
kepada kitab-kitab
3.
Iman
kepada rasul-rasul
4.
Iman
kepada hari akhir
5.
Iman
kepada ketentuan dan ketetapan (qadha dan qadar)
v Syari’at adalah suatu jalan yang harus dilalui
oleh setiap muslim berdasarkan apa yang ditetapkan hukum syari’at.
Syari’at dibagi menjadi 2, yaitu :
1.
Ibadah
2.
Mu’amalah
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad Daud. 2002. Pendidikan Agama
Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Daudy, Ahmad. 1997. Kuliah Aqidah Islam. Jakarta
: PT. Bulan Bintang
Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam.
Surabaya : PT. Al-Ikhlas