MAKALAH
PENGETAHUAN
DAN ILMU PENGETAHUAN
Dosen
Pengampu :
Drs
. Anis Bachtiar
Disusun Oleh :
1. Jannatun Nadhifa
2. Indah Fatimatuzzahroh
3. Khoirotul Waqiah
JURUSAN
TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN
TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kepada
allah yang maha pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan berkah-nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “PENGETAHUAN
DAN ILMU PENGETAHUAN”
Sholawat dan
salam tak lupa penulis ucapkan kepada baginda nabi muhammad saw yang telah
menunjukkan kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Tak ada gading
yang tak retak,penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan
dalam pembuatan makalah ini.penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif bagi pengembangan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah
ini dapat memberikan tambahan wawasan,acuan serta manfaat kepada kita
semua.amin......
Jombang, 5 Maret 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengertian
2.2 Pengertian Ilmu Pengetahuan
2.3 Persamaan dan Perbedaan
Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
2.4 Obyek dan Sudut Pandang Ilmu
Pengetahuan
2.5 Pembagian Ilmu Pengetahuan
2.6 Sifat-sifat Ilmu Pengetahuan
2.7 Fungsi Ilmu Pengetahuan
2.8 Metode Ilmu Pengetahuan
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan
dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Selain pengetahuan
empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian
dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang
bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya:
·
Pendidikan
·
Media
·
Keterpaparan informsi
Ilmu
adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam
suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila
dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).Ilmu
pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan yang rasional, sistematik, logik
dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan melalui
percobaan yang transparan dan objektif.
Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum yang sifatnya supermakro, makro dan mikro.
1.2
Rumusan
Masalah
a.
Apakah
pengetahuan itu?
b.
Apakah
ilmu pengetahuan itu ?
c.
Bagaimana
persamaan dan perbedaan pengetahuan dan ilmu pengetahuan ?
d.
Bagaimana
objek dan sudut pandang ilmu pengetahuan itu ?
e.
Sebutkan
pembagian ilmu pengetahuan ?
f.
Bagaimana
sifat-sifat ilmu pengetahuan itu ?
g.
Apa
fungsi ilmu pengetahuan ?
h.
Apa
saja metode ilmu pengetahuan ?
1.3
Tujuan
·
Untuk
mengetahui pengertian pengetahuan,
·
Untuk
mengetahui pengertian ilmu pengetahuan,
·
Untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan,
·
Untuk
bisa memahami objek dan sudut pandang ilmu pengetahuan itu,
·
Untuk
mengetahui pembagian ilmu pengetahuan
·
Untuk
mengetahui sifat-sifat ilmu pengetahuan,
·
Untuk
mengetahui fungsi ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Pengetahuan
Menurut Dr. Mj. Langeveld, Guru
Besar di “Rijk Universiteit” Utrecht, pengetahuan adalah kesatuan subjek yang
mematuhi dan objek yang diketahui.
Pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Drs . Sidi Gazalba,
mengemukakan bahwa pengetahuan ialah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari pada ; kenal, sadar,insyaf,
mengerti dan pandai. Pengetahuan itu semua milik atau isi pikiran. Orang
pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan antara pengetahuan dan
kebenaran. Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah
kontradiksi.
Beranjak
daripada pengetahuan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah pengetahuan. Maka
didalam kehidupannya manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Ada
beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia, yaitu :
a. Pengetahuan Biasa ( common sense )
b. Pengetahuan Ilmu ( science )
c. Pengetahuan Filsafat.
d. Pengetahuan Realigi.
2.2
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Menurut Harold H. Titus, Ilmu (
science ) diartikan sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan,
mengadakan pendekatan terhadap benda – benda atau peristiwa – peristiwa dengan
menggunakan metode – metode observasi, yang teliti dan kritis.Menurut Prof. Dr
. Mohammad Hatta, tiap – tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun
menurut bangunannya dari dalam.Jadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan mengenai suatu hal tertentu ( objek / lapangan ) , yang merupakan
kesatuan yang sistematis yang dapat dipertanggung jawabkan sebab – sebab
hal/kejadian itu.Ilmu pengetahuan mencari sebab akibat ( kausalitas ) , mencoba
menentukan mengapa sesungguhnya kejadian – kejadian itu memang demikianlah
adanya.
A.
HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis,
sistematis, dan koheren (“bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari
kenyataan. Antara definisi filsafat dan ilmu pengetahuan memang hampir mirip
namun kalau kita menyimak bahwa di dalam definisi ilmu pengetahuan lebih
menyoroti kenyataan tertentu yang menjadi kompetensi bidang ilmu pengetahuan
masing-masing, sedangkan filsafat lebih merefleksikan kenyataan secara umum
yang belum dibicarakan di dalam ilmu pengetahuan (Muntasyir&Munir,2000:
10). Walaupun demikian, ilmu pengetahuan tetap berasal dari filsafat sebagai
induk dari semua ilmu pengetahuan yang berdasarkan kekaguman atau keheranan
yang mendorong rasa ingin tahu untuk menyelidikinya, kesangsian, dan kesadaran
akan keterbatasan.Wibisono (1997: x) pada Artikel kunci “Gagasan Strategik
Tentang Kultur Keilmuan Pada Pendidikan Tinggi”, yang mengambil pendapat H.J.
Pos, beliau menandaskan bahwa abad ke-19 dan 20, dan bahkan sampai sekarang,
diidentifikasi sebagai suatu abad yang ditandai oleh dominasinya peran ilmu
pengetahuan dalam kehidupan umat manusia.Dominasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
memang tidak dapat dipungkiri. Betapa tidak, dominasi ini paling kurang membawa pengaruh dan manfaat bagi
manusia, atau justru berpengaruh negatif dan membawa malapetaka. Seperti yang
diungkapkan oleh Ridwan Ahmad Syukri (1997: 18-19), ilmu yang berorientasi pada
kepentingan pragmatis, orientasi duniawi, atau mengesampingkan yang transenden,
akan membawa malapetaka bagi kemanusiaan pada umumnya. Ilmu dinilai bukan
karena dirinya sendiri, tetapi nilai ilmu pengetahuan berada dalam
kesanggupannya membuat kehidupan lebih bernilai dan memberikan kebahagiaan,
demi kebutuhan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan manusia, maka bentuk ilmu itu memberikan kemanfaatan.Selanjutnya,
dalam bukunya yang berjudul Epistemologi Dasar, J. Sudarminta mengatakan
bahwa ciri-ciri hakiki pengetahuan manusia yaitu:
- kepastian mutlak tentang kebenaran segala pengetahuan kita memang tidak mungkin, sebab manusia adalah makhluk contingent dan fallible. Tetapi ini tidak berarti bahwa semua pengetahuan manusia pantas dan perlu dipergunakan kebenarannya. Maka, skeptisisme mutlak pantas ditolak.
- subjek berperan aktif dalam kegiatan mengetahui dan tidak hanya bersifat pasif menerima serta melaporkan objek apa adanya. Tetapi ini tidak berarti bahwa pengetahuan manusia melulu bersifat subjektif. Maka, subjektivisme radikal juga pantas disangkal.
- pengetahuan manusia memang bersifat relasional dan kontekstual, tetapi itu tidak berarti bahwa objektivitas dan universalitas pengetahuan menjadi tidak mungkin. Menurut Sudarminta (2002: 60) pelbagai bentuk relativisme ilmu pengetahuan, walaupun punya sumbangan yang berharga, merupakan suatu pandangan tentang pengetahuan yang tidak bisa diterima
B.
DASAR-DASAR
ILMU PENGETAHUAN
1.
Aristoteles mengawali metafisikanya dengan pernyataan
“setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Tetapi jauh sebelum Aristoteles,
Socrates mengatakan hal yang nampaknnya bertentangan dengan ungkapan
Aristoteles tersebut, yaitu bahwa tidak ada seorang manusia pun yang mempunyai
pengetahuan (Hadi, 1994: 13). Kontradiktif ini tidak perlu diperdebatkan. Sebab
menurut Plato bahwa filsafat dimulai dengan rasa kagum. Kekaguman filosofis ini
bukanlah kekaguman akan hal-hal yang rumit, canggih atau kompleks, tetapi
justru kekaguman akan sesuatu yang sederhana yang tampaknya jelas dalam
pengalaman sehari-hari.
2.
Hadi (1994: 14-15) menyatakan kekaguman dalam hal ini
adalah mempertanyakan hal-hal yang ada dihadakan kita, yang dalam anggapan umum
dianggap telah diketahui. Oleh karena itu seseorang harus tahu apa yang
dicarinya dan berusaha untuk menemukan apa yang dicari tersebut, demikian
menurut Plato.
Pengetahuan filosofis ingin menarik diri dari apa yang
dianggap sebagai kejelasan umum untuk kembali ke dalam sesuatu yang
eksistensial dalam keadaan aslinya. Karenanya, seorang filsuf tidak ada
henti-hentinya bertanya. Pernyataan Socrates dan Aristoteles terkesan
bertentangan, padahal sebenarnya tidak. Menurut Aristoteles, semua orang dari
kodratnya ingin tahu, dan langkah pertama untuk mencapai pengetahuan itu adalah
kesadaran socrates bahwa tidak ada seorang pun yang sudah tahu. Untuk mencapai
pengetahuan, Bernard Paduska&R. Turman Sirait ( 1997: 5), seseorang harus
sadar bahwa ia “belum tahu” dan karena itu ia “ingin tahu”. Dalam redaksi
berbeda, namun dapat disetir menjadi satu makna, bahwa menurut filsafat
eksistensialisme anda adalah anda karena anda menghendaki demikian.
Dengan uraian di atas, kita dapat melihat adanya dua
macam bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan harian atau penggetahuan biasa (common
sense) dan pengetahuan ilmiah. Dalam filsafat, pengetahuan biasa sering
dianggap sebagai pengetahuan inderawi, sedangkan pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan berdasarkan akal budi (intelektif).
Korelasi pengetahuan indrawi dan
pengetahuan intelektif membentuk dasar dalam perkembangan ilmu pengetahuan
secara global. Sejarahnya telah
terukir, betapa dua konsep dasar ini menjadi cikal-bakal yang meletakkan dasar
konsep ilmiah. Keilmuan yang ilmiah dapat lahir dari pengamatan yang mendalam
tentang semua objek, tetapi juga dasar ilmiah dapat dibangun dari perenungan
yang jernih dan mendalam, terukur dan dapat dianalisa, sistematis serta dapat
dipelajari, itulah sebagian konsep ilmiah.
Socrates adalah tokoh yang sangat diperhitungkan,
meskipun ia tidak secara langsung bicara tentang kebenaran ilmiah. Ketika itu
Socrates berhadapan dengan kaum sofis. Filsafat Socrates bahkan sering disebut
sebagai reaksi terhadap kaum sofis. Bagi Socrates, kebenaran objektif itu ada,
dan bukan hal yang berbau teoritis tapi hidup praktis. Menurutnya, tidak
sembarang tingkah laku disebut baik, ada kelakuan yang baik dan ada kelakuan
yang kurang baik; ada tindakan yang pantas dan ada tindakan yang jelek. Dengan
ini socrates meletakkan dasar berkembangnya gagasan tentang adanya kebenaran,
kemudian dilanjutkan dengan oleh Plato. Bagi Plato kebenaran adalah sesuatu
yang terdapat pada apa yang dikenal, atau pada apa yang dikejar untuk dikenal .
Hal ini sesuai dengan ajaran Plato mengenai idea-idea, bahwa realitas yang
sesungguhnya berada didalam dunia idea sedangkan realitas inderawi hanyalah
bayang-bayang (Bertens K, 1991: 110-111).
Menurut Wibisono dalam makalahnya
mengatakan, Sejalan dengan perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan pun
berkembang dengan pesatnya. Dalam perjalanan selanjutnya, terdapat fenomena adanya suatu konfigurasi
yang menunjukkan tentang bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” itu telah tumbuh
mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari
batang-filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti
metodologinya sendiri-sendiri.
Berkaitan dengan ilmu-ilmu,
pengetahuan yang dicari dan diperoleh sering disebut dengan istilah pengetahuan
ilmiah. Menurut Bahm (
1980: 1) ada lima unsur pokok dalam suatu pengetahuan yang disebut ilmiah yaitu
masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh tertentu.
Aristoteles menguraikan sistem berpikir ilmiah yang dikenal dengan logika.
Menurut Aristoteles terdapat sepuluh kategori yang berkaitan dengan pengertian,
yaitu substanti, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan,
mempunyai, berbuat, dan menderita.
Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang sudah
dipertanggung-jawabkan secara ilmiah atau diperoleh dengan metode ilmiah.
Sebaliknya, pengetahuan sehari-hari yang tidak atau belum dipertanggungjawabkan
secara ilmiah disebut pengetahuan pra-ilmiah (Lorens, 1996: 806). Salah satu
ciri pengetahuan ilmiah adalah adanya anggapan bahwa pengetahuan ilmiah itu
berlaku ilmiah. Mengeni apakah sesuatu dapat atau tidak disebut ilmiah tidak
tergantung pada faktor-faktor subjektif. Bisa saja orang berbeda pendapat
tentang dasar pembenaran suatu teori, tetapi hal tersebut hanya menunjukkan
bahwa faktor-faktor objektif yang bersangkut paut dengan persoalan tadi tidak
atau masih dapat membuahkan hasil yang tidak bermakna ganda (ambiguitas).
Adanya saling pengaruh antara sifat dan kadar pengetahuan ilmiah dengan
sarana-sarana untuk mencapainya mengakibatkan pergeseran-pergeseran, pengertian
“ilmiah” sepanjang sejarah. Namun demikian perkembangan ilmu secara mandiri
harus dapat dipertahankan.Menurut Beerling,dkk (1996: 6-7) secara spesifik ada
tiga macam pengenalan dari pengetahuan yang disebut ilmiah. (1) pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
mempunyai dasar pembenaran. Setiap pengetahuan ilmiah harus punya dasar
pembenaran berdasarkan pemahaman-pemahaman yang dapat dibenarkan secara apriori
serta secara empiris melalui penyelidikan ilmiah yang memadai. (2) pengetahuan
ilmiah bersifat sistematis. Penyelidikan ilmiah tidak membatasi diri hanya pada
satu bahan saja, tapi senantiasa mencari hubungan dengan sejumlah bahan lainnya
dan berusaha agar hubungan-hubungan itu merupakan suatu kebulatan. (3)
pengetahuan ilmiah itu adalah bersifat inter-subjektif. Kepastian pengetahuan
ilmiah tidak didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman orang perorangan
yang subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri. Pengetahuan ilmiah
haruslah sedemikian rupa sehingga dalam setiap bagiannya dan dalam bagian yang
menyeluruh dapat ditanggapi oleh subjek-subjek lain. Terhadap hasil
penyelidikan dimungklinkan ada kesepakatan yang bersifat inter-subjektif. Di
samping apa yang sudah diuraikan di atas, menurut Sudarminta (2002: 32-44)
perlu ditambahkan juga bahwa dasar-dasar pengetahuan itu tidak lepas dari peran
pengalaman, ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan
penalaran, logika, bahasa, dan kebutuhan hidup manusia .
2.3
Persamaan
dan Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Persamaannya ialah kedua – duanya mencari
kebenaran, timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk
mengerti akan dirinya sendiri.
Perbedaannya adalah :
·
Pengetahuan
biasa ( knowledge / common sense ), tidak memandang betul –betul sebabnya.
Tidak mencari rumusan yang seobjektif – objektifnya, tidak menyelidiki objeknya
habis – habisan, tidak ada sintesis, tidak bermetode, dan tidak bersistem.
·
Pengetahuan
ilmiah atau ilmu pengetahuan yaitu, mementingkan sebab – sebabnya, mencari
rumusan yang sebaik – baiknya, menyelidiki objeknya selengkap – lengkapnya
sampai habis – habisan, hendak memberikan sintesis yaitu satu pandangan yang
bergandengan, bermetode dan bersistem.
·
Dalam common sense informasi tentang suatu fakta
jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common
sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara
fakta yang satu dengan fakta lain. Sedang dalam science di samping
diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol dengan sejumlah
fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan pengklarifikasian
berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berlaku.
·
Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik.Penelitian
ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku
umum tentang suatu hal. Artinya dengan berpedoman pada teori-teori yang
dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan
untuk menyempurnakan teori yang telah ada yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Sedang common sense tidak memberikan penjelasan (eksplanasi)
yang sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common
sense cara pengumpulan data bersifat
subjektif, karena common sense sarat dengan muatan-muatan emosi dan
perasaan.
·
Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, ilmu
pengetahuan menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu
pengetahuan.Ilmu pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi
pola-pola eksplanasi sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan.
Dengan menunjukkan hubungan logis dari proposisi yang satu dengan lainnya, ilmu
pengetahuan tampil mengatasi konflik.
·
Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat
tetap, sedang kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian
kritis. Kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian
melalui observasi maupun eksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau
diganti.
·
Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang
digunakan untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common
sense biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-samar. Sedang ilmu
pengetahuan merupakan konsep-konsep yang tajam yang harus dapat diverifikasi
secara empirik.
·
Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur.
Ilmu pengetahuan berdasar pada metode ilmiah. Dalam ilmu
pengetahuan alam (sains), metoda yang dipergunakan adalah metoda
pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedang ilmu sosial dan
budaya juga menggunakan metode pengamatan, wawancara, eksperimen, generalisasi,
dan verifikasi. Dalam common sense cara mendapatkan pengetahuan hanya
melalui pengamatan dengan panca indera.
Kesimpulannya
yang dapat ditarik sekarang, bahwa bagi manusia mempunyai kemungkinan untuk
menccapai pengetahuan yang lebih sempurna daripada pengetahuan biasa, yang
lebih tinggi derajatnya, yang hendak memberikan “ insight ” ( pemahaman yang
mendalam ).
2.4
Objek
dan Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan
a. Objek atau lapangan ilmu pengetahuan itu
( apa yang dipandang )
Pada
garis besarnya objek atau lapangan ilmu pengetahuan itu atas dua bagian besar
yaitu kelompok ilmu pengetahuan alam dan kelompok ilmu pengetahuan manusia.
Terdapat beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berobjek material sama yaitu
manusia atau tegasnya tingkah laku manusia.
Jadi
yang membedakan ialah objek formal atau sudut pandangnya.
b. Sudut Pandang
Mengapa
sudut pandang ini begitu penting ?
Sesunggunya
manusia itu adalah terbatas, dari berbagai barang – barang itu ia hanya dapat
melihat satu sudut saja. Sebaliknya satu objek dapat dipandang dari berbagai
sudut.
Objek
dan sudut pandang tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan.
2.5
Pembagian
Ilmu Pengetahuan
Secara umum ilmu pengetahuan dibagi
dua, yaitu ;
Didalam
Undang – undang pokok pendidikan tentang Perguruan Tinggi Nomor. 22 Tahun 1961 di Indonesia
mengklasifikaikan ilmu pengetahuan, sebagai berikut :
1. Ilmu Agama/Kerohanian
2. Ilmu Kebudayaan
3. Ilmu Sosial
Ilmu Eksakta dan Teknik
2.6
Sifat
– sifat Ilmu Pengetahuan
Menurut Prof. Drs. Harsojo, sifat –
sifat ilmu sebagai berikut :
a. Ilmu itu rasional
b. Ilmu itu bersifat umum
c. Ilmu itu bersifat akumulatif
d. Ilmu itu bersifat empiris.
Ilmu
dikatakan rasional, karena ilmu merupakan hasil dari proses berpikir dengan
menggunakan akal, atau hasil berpikir sevara rasional.
2.7
Fungsi Ilmu Pengetahuan
Drs. RBS. Fudyartanta dosen
psikologi di Universitas Gajah Mada, menyebutkan ada 4 macam fungsi ilmu
pngetahuan :
1. Fungs deskriptf : menggambarkan,
melukiskan, dan memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari
oleh peneliti.
2. Fungsi pengembangan : melanjutkan hasil
penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
3. Fungsi prediksi : meramalkan kejadian –
kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil
tindakan – tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
4. Fungsi kontrol : berusaha mengendalikan
peristiwa – peristiwa yang tidak dikehendaki.
Jadi
fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk kebutuhan hidup manusia didalam berbagai
bidang.
2.8
Metode Ilmu Pengetahuan
Beberapa metode ilmu pengetahuan,
antara lain :
1. Observasi
Didalam
metode observasi melingkupi pengamatan idrawi ( sense perception ) seperti :
melihat, mendengar, menyentuh, meraba, membawa sesuatu, juga didalamnya bahwa
kita sadar, berada dalam situasi yang bermakna dengan berbagai fakta yang
saling berhubungan.
Kondisi
– kondisi yang sangat penting untuk diketahui dalam melakukan observasi, yaitu
:
·
Indra
yang normal dan sehat.
·
Kematangan
mental.
·
Alat
– alat bantu fisik.
·
Cara
mengatur posisi, tempat ataupun kondisi,
yang memungkinkan observasi dapat dilakukan dengan cermat.
·
Pengetahuan
lapangan.
2. Trial Error
Metode
trial error cenderung disebut “ learning by
doing “ daripada disebut “ learning by thingking ”, semua itu
dikemukakan dalam bentuk sederhana yang mengandung refleksi. Reflective
thingking ( berfikir reflektif ) disebut juga “ trial and error by ideas ”
Dalam
berfikir reflektif pemecahannya deselesaikan dalam bentuk imajinasi. Dalam
refleksi dan imajinasi mengecek nama yang cocok dan mana yang tidak. Trial and
error dalam taraf ideologis dan imajinatif menghemat waktu, tenaga, dan
seringkali dalam kehidupan itu sendiri.
3. Metode Eksperimen
Kegiatan
metode eksperimen adalah berdasarkan pada prinsip metode penemuan sebab akibat
dan penyajian hipotesis. Dalam eksperimen didalamnya termasuk masalah “
manipulasi ” dan pengawasan ( kontrol ) sekalipun observasi ( pengamatan ) dan
“ trial and error ” telah banyak digunakan secara luas tetapi keduanya
terbatas.
4. Metode Statistik
Metode
ini yang dipakai dalam kehidupan sehari – hari, dalam perdagangan, peedaran
keuangan, menghitung, mengukur, merata – ratakan, mean, median dan pengukuran –
pengukuran korelasi, memungkinkan bagi kita untuk membuat penjelasan yang
cermar dan membawanya kita kearah penjelasan yang lebih luas dan terperinci.
5. Metode Sampling
Terjadinya
sampling, yaitu apabila kita mengambil beberapa anggota atau bilangan tertentu
dari suatu kelas atau kelompok sebagai wakil dari keseluruhan kelompok
tersebut.
6. Metode Berpikir Reflektif
Metode
reflective thingking melalui enam tahap.
a) Adanya kesadaran kepada sesuatu
permasalahan.
b) Data yang diperoleh dan relevan yang
harus dikumpulkan .
c) Data yang terorganisir.
d) Formulasi hipotesis.
e) Deduksi harus berasal dari hipotesis.
f) Pembuktian kebenaran verifikasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Pengetahuan (knowledge atau ilmu )adalah bagian yang esensial- aksiden
manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir ".
Berpikir ( atau natiqiyyah) adalah sebagai differentia ( atau fashl)
yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya,yaitu hewan. Dan
sebenarnya kehebatan manusia dan " barangkali " keunggulannya dari
spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini
tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya.
·
Ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua macam, yaitu :
·
Ilmu
pengetahuan exact (nyata)
·
Ilmu
pengetahuan abstrak (tanpa wujud)
·
Ilmu
pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu ( objek /
lapangan ), yang merupakan kesatuan yang sistematis yang dapat dipertanggung
jawabkan sebab – sebab hal/kejadian itu.
·
Persamaannya
ialah kedua – duanya mencari kebenaran, timbul dari keinginan manusia untuk
mengejar kebenaran untuk mengerti akan dirinya sendiri.
·
Pengetahuan
biasa ( knowledge / common sense ), tidak memandang betul –betul sebabnya.
·
Perbedaan dari pengetahuan dan ilmu pengetahuan adalah
:
·
Dalam common sense informasi tentang suatu fakta
jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common
sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara
fakta yang satu dengan fakta lain.
·
Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik.
·
Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, ilmu
pengetahuan menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu
pengetahuan
·
Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat
tetap, sedang kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian
kritis.
·
Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang
digunakan untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta.
·
Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur.
·
Objek
atau lapangan ilmu pengetahuan itu ( apa yang dipandang )yaitu kelompok ilmu
pengetahuan alam dan kelompok ilmu pengetahuan manusia.
·
Sudut
Pandangnya yaitu manusia dan benda – benda yang ada disekitanya.
·
Objek
dan sudut pandang tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu kesatuan.
·
Pembagian ilmu pengetahuan dibedakan menjadi dua yaitu
secara objek dan subjek.
·
Ilmu pengetahuan mempuyai sifat rasional, umum,
akumulatif dan empiris.
·
Fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk kebutuhan
hidup manusia didalam berbagai bidang.
·
Ilmu pengetahuan mempunyai beberapa metode diantaranya
:
·
Observasi,
·
Trial error,
·
Eksperimen,
·
Metode Statistik,
·
Metode Sampling,
·
Metode Reflektif
DAFTAR
PUSTAKA
Meliono,
Irmayanti, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
Anshari, Endang
Saifudin.1991. Ilmu Pengetahuan dan Agama. Surabaya : PT. Bina Ilmu
Salam,
Burhanuddin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar